KEMENPAREKRAF AJAK KOMUNITAS PAREKRAF BALI SUKSESKAN KTT G20

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengajak komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif yang ada di Bali untuk bahu-membahu menyukseskan kegiatan skala internasional yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang puncak acaranya jatuh pada 15-16 November 2022.

Sekretaris Kemenparekraf/Sekretaris Utama Baparekraf Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, pada tahun 2022 Indonesia memegang peran yang sangat strategis sebagai Presidensi KTT G20.

“Tentu kesempatan yang baik ini harus dimaksimalkan untuk menyebarluaskan informasi positif mengenai rangkaian KTT G20 kepada khalayak, seperti Tourism Working Group, World Tourism Day, hingga World Conference on Creative Economy,” katanya dalam sambutan acara NETAS di Poltekpar Bali, Minggu (25/9/2022).

Namun, Ni Wayan Giri menambahkan, pemerintah pusat dalam hal ini Kemenparekraf tidak bisa berjalan sendiri, perlu ada dukungan dari stakeholders salah satunya komunitas.

“Komunitas dapat menjadi kepanjangan tangan dari pemerintah. Dan menjadi media ampuh dalam strategi penyampaian informasi. Untuk itu, kita dapat memperkuat sektor parekraf dari sisi komunitas dan juga UMKM agar mampu menjadi agent of change atau local champion dalam mendorong pemulihan ekonomi,” tuturnya.

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Sumber Daya Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf sekaligus Chair of Tourism Working Group Frans Teguh menjelaskan, pada saat memegang keketuan G20 tentu Kemenparekraf sebagai focal point di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif berupaya memberikan hasil yang optimal dalam penyusunan dokumen penting yang menjadi outcome Tourism Working Group 2022.

“Kita pasti akan membayangkan apa hasil dari pertemuan G20 ketika kita menjadi Presidensi di tahun 2022. Yang menarik adalah kalau kita menghitung timeline mungkin 20 tahun lagi kita akan dapat menjadi host G20,” ungkapnya.

Baca Juga:  KEMENTERIAN PUPR BANGUN HUNIAN PARIWISATA DI TANJUNG KELAYANG

Jadi, lanjut Frans, momen ini lebih kepada moment of truth dan cara bisa mengkapitalisasi resource yang sudah ada dan ingin didorong bahwa ada legacy untuk Indonesia terkait dengan presidensi G20.

Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa dalam substansi yang menarik adalah dinamika yang terjadi ketika melakukan pembahasan dan pendalaman, karena seluruh negara akan memperjuangkan kepentingannya.

“Tentu Indonesia sebagai chair tidak mudah mengelola hal-hal seperti ini. Ini menjadi sangat krusial karena skema dalam Presidensi G20 ini adalah konsensus, jika satu tidak setuju maka tidak bisa diadopsi,” ujarnya.

Frans mengungkapkan, skenario yang terjadi di lingkungan pariwisata adalah ingin memastikan bahwa at the end of presidensi G20 yang puncaknya akan dilakukan pada November 2022, untuk sektor pariwisata akan melahirkan satu dokumen penting, yaitu Bali Guidline.

“Ini adalah komitmen dan mandat yang dari berbagai pertemuan-pertemuan Tourism Working Group. Oleh karenanya, penting sekali untuk memberikan informasi ini kepada publik luas,” kata Frans. I

Kirim Komentar