Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendukung pengembangan program Food Estate di Kabupaten Belu dan Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diharapkan menjadi lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa.
Dukungan tersebut di antaranya melalui infrastruktur Sumber Daya Air berupa pembangunan jaringan irigasi sprinkler (big gun) yang bersumber dari bendungan.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, program Food Estate merupakan arahan Presiden Joko Widodo sebagai prioritas untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui ketahanan pangan nasional.
“Kunci dari program pengembangan Food Estate adalah ketersediaan air untuk irigasi, bersamaan dengan teknologi pertaniannya. Kunci kemajuan di NTT adalah air dan ketersediaan air dibutuhkan untuk air minum, pertanian, peternakan dan lainnya,” jelasnya.
Penyediaan irigasi sprinkler yang airnya bersumber dari bendungan dilaksanakan pada Food Estate Kabupaten Belu.
Terdapat tiga titik sumber air dari bendungan guna melayani lahan seluas 135 hektare, yakni dari Bendungan Ratiklot dibangun sebanyak 150 unit sprinkler untuk lahan seluas 55 hektare, Bendungan Haliwen dibangun 50 unit sprinkler untuk lahan 20 hektare, dan Bendungan Haekrit dibangun 200 unit sprinkler untuk lahan sekitar 60 hektare.
Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Agus Sosiawan mengatakan, saat ini fokus penanaman bibit jagung dilakukan oleh Kementerian Pertanian masih di area Blok C pada lokasi tanam Bendungan Rotiklot.
Penanaman bibit di Blok A, Blok B dan Blok D Rotiklot masih menunggu proses lelang pengadaan bibit yang rencananya akan dilakukan pada Juli 2022.
“Metode penyiraman yang sudah dilakukan Kementerian PUPR saat ini menggunakan selang dari riser pipe untuk sprinkler dan mengalirkannya melalui saluran cacing di sekitar bibit. Penggunaan sprinkler akan dilakukan saat tanaman jagung telah tumbuh cukup kuat,” tutur Agus.
Selanjutnya untuk Food Estate Kabupaten Sumba Tengah, dukungan infrastruktur irigasi dilaksanakan pada wilayah utama FE 1 seluas 5.000 hektare, dengan prioritas penanganan pada Daerah Irigasi (DI) Waibakul I seluas 241 hektare, DI Waekabeti seluas 261 hektare, DI Waipidi seluas 483 hektare, dan DI Lokojange seluas 772 hektare.
Pada tahun 2021 telah dilaksanakan peningkatan jaringan irigasi kiri Embung Lokojange seluas 225 hektare, rehabilitasi tiga unit sumut bor, dan pembangunan enam unit embung serbaguna yang saat ini telah selesai.
Dukungan infrastruktur dilanjutkan pada 2022 meliputi peningkatan jaringan irigasi embung Lokojange seluas 175 hektare yang sudah terkontrak pada 4 Februari 2022, dan progres saat ini 18,4%.
Kemudian juga pekerjaan desain peningkatan bendung dan jaringan irigasi DI Mbewi di wilayah utama FE 1 yang saat ini progresnya sudah 90,14%, studi potensi ketersediaan air pada wilayah utama FE 1, dan pembangunan delapan titik sumur Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT).
Food Estate Sumba Tengah sebagai lumbung pangan dikembangkan bertahap dengan potensi hingga 10.000 hektare. I