KEMENTERIAN PUPR RAWAT SABO DAM UNTUK KURANGI RISIKO DAN DAMPAK BANJIR LAHAR GUNUNG MERAPI

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun dan melakukan rehabilitasi Sabo Dam untuk mengurangi risiko dan dampak banjir lahar dari Gunung Merapi.

Menteri PUPR Basuki melakukan peninjauan saat kunjungan kerjanya ke Provinsi Yogyakarta meninjau Sabo Dam Kali Gendol, Sleman, Sabtu (3/6/2023).

Dia berpesan untuk terus melakukan pemeliharaan bangunan Sabo Dam yang telah dibangun agar fungsi utamanya sebagai pengendali banjir lahar tetap optimal.

“Dirawat dan dijaga dengan dibersihkan secara rutin. Bersihkan dengan semprotan air bertekanan tinggi dan terus dirawat seluruh fungsi teknisnya,” kata Menteri Basuki.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Ditjen SDA Kementerian PUPR Dwi Purwantoro menyatakan, letusan dahsyat Gunung Merapi pada tahun 2010 mengakibatkan banjir lahar dingin di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi, sehingga menyebabkan tertutupnya Jalan Nasional Yogyakarta Magelang dan menyebabkan kerusakan termasuk di aliran Sungai/Kali Gendol.

“Untuk itu Kementerian PUPR melaksanakan Pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sabo Dam sejak 2015 dengan loan JICA. Total bangunan Sabo Dam yang dibangun dari dana Loan JICA sejak tahun 1980-an sebanyak 139 buah,” jelasnya.

Dwi menambahkan, khusus untuk pembangunan dan rehabilitasi Sabo Dam pada periode 2015-2022 sebanyak 10 Sabo Dam.

Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan rehabilitasi dan rekonstruksi Sabo Dam di Kali Putih, Kali Gendol, Kali Pabelan, dan Kali Lamat pada tahun 2018-2020.

Lingkup pekerjaannya mencakup pembangunan satu sabo baru di Kali Putih, rehabilitasi tiga sabo di Kali Gendol, rehabilitasi dua sabo dan pembangunan dua sabo baru di Kali Pabelan, serta pembangunan satu sabo baru dan rehabilitasi satu sabo di Kali Lamat.

Selain program tersebut, Kepala BBWS Serayu Opak Dwi Purwantoro menyatakan, melalui pendanaan APBN tahun 2020 juga telah dilaksanakan rehabilitasi dan pembangunan Sabo Dam baru di Kali Bebeng, Kali Pabelan, Kali Lamat, dan Kali Senowo.

Baca Juga:  Kementerian PUPR Tuntaskan Penggantian Sembilan Jembatan CH di Jatim

Konstruksi sabo dibangun secara bertingkat dengan ukuran berbeda, yang terbesar berada di atas untuk menahan batu-batu besar dan yang paling kecil untuk menahan pasir.

Secara teknis, Sabo Dam dibangun dengan ketinggian yang berbeda di tengah bendung. Hal ini dimaksudkan untuk mengalirkan air, sehingga sedimen atau endapan lahar dingin akan tertampung oleh bendung, tapi air tetap mengalir.

Apabila bendung tidak mampu membendung semua aliran debris, maka akan dilewatkan melalui bagian atas (overtopping).

Selanjutnya, aliran debris yang masih mengalir akan ditampung oleh bendung lain yang ada di bawahnya.

Hal ini berlangsung terus menerus sesuai dengan jumlah bendung yang ada, sehingga aliran lahar Gunung Merapi dapat dicegah untuk tidak sampai ke hilir sungai yang dapat merusak permukiman warga maupun memutus konektivitas jalan dan jembatan yang mengganggu aktivitas warga.

Turut mendampingi Menteri Basuki, Plt Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Dwi Purwantoro, dan Kepala BBPJN Jateng-DIY Rien Marlia. I

Kirim Komentar