Operasional Bandara Djalaluddin Gorontalo Maksimal Meski Anggaran Terbatas

Manajemen Bandara Djalaluddin Gorontalo tetap memberikan layanan dan perawatan maksimal ditengah terbatasnya anggaran menurunnya pendapatan selama pandemi Covid19 yang kini memasuki tahun kedua.

Kabandara Djalaluddin Gorontalo Ben Adi Surya mengatakan pandemi Covid 19 yang belum hilang menyebabkan anggaran pemerintah fokus mengatasi dampak dari pandemi tersebut.

Sementara di sisi lain Bandara Djalaluddin, yang menjadi pintu gerbang utama ke provinsi Gorontalo, terhitung bandara baru dan canggih, yang tentu saja membutuhkan anggaran lumayan besar. Bandara baru, UPBU kelas 1 ini didukung 181 pegawai, 92 PNS dan 89 tenaga honor.

“Saya bersyukur, ditengah pandemi dan keterbatasan anggaran, kami dan jajaran tetap kerja keras danĀ  maksimal merawat dan mengoperasikan bandara kebanggaan warga Gorontalo ini,” ujar Kabandara Ben Adi Surya yang sebelumnya pernah memimpin Bandara Tanjung Pandan Belitung dan bertugas di Otban I, II , III, IV dan kantor pusat Kementerian Perhubungan.

Bandara Djalaluddin merupakan empat dari 10 bandara UPBU kelas 1 yang sudah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Tiga BLU lainnya Bandara Mutiara Palu, Bandara Kalimarau Berau dan Bandara Juwata Tarakan.

Bandara Djalaluddin memiliki Runway 2500 x 45 meter. Pergerakan pesawat datang dan pergi (movement) sebelum pandemi 14 kali perhari.Saat ini movement delapan kali perhari dengan jumlah penumpang sekitar 500 orang perhari. Sebelum pandemi 1300 penumpang perhari. Terminal penumpang luasnya 11.000 M2 dengan kapasitas 4.000 penumpang.

Kirim Komentar
Baca Juga:  Masih Ditutup Bandara Fransiskus Xaverius Seda Maumere

Komentar ditutup.